ARTI - MAKNA PERISAI ATAU TAMENG PADA LOGO - LAMBANG KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

ARTI - MAKNA PERISAI ATAU TAMENG PADA LOGO - LAMBANG KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH


Bila diperhatikan secara seksama, Lambang Kabupaten Blora berbentuk Perisai atau tameng atau shield model Jawa. Para pendahulu membuat bentuk perisai sebagai ruang gambar logo atau lambang Kabupaten Blora ini bukan tanpa maksud. Nenek moyang kita di pulau Jawa sangat menyukai simbol-simbol. Dalam konteks logo, simbol-simbol yang dimaksudkan berupa bentuk 3 dimensi dan gambar 2 dimensi. Pada intinya, semua logo menunjukkan identitas Lembaga maupun kelompok.
Untuk melihat Video Lengkapnya silahkan klik link ini :  ARTI - MAKNA PERISAI ATAU TAMENG PADA LOGO - LAMBANG KABUPATEN BLORA
(Maaf link di atas sudah tidak berlaku lagi kena ban youtube)

Entah disengaja atau tidak, juru sungging atau juru gambar yang diperintah Bupati saat itu untuk membuat logo Kabupaten Blora sedemikian rupa hingga membentuk sebuah perisai. Hal ini harus kita terima dulu sebagai kenyataan hidup. Bila mungkin sebelumnya belum pernah dibahas tentang lambang Blora yang berbentuk perisai ini, hingga Pemerintah Kabupaten Blora sendiri juga tak pernah mempublikasikan tentang ini, maka tidak ada salahnya bila generasi milenial sebagai penguasa informasi mulai membahasnya.

Perisai atau tameng, telah lama digunakan oleh manusia. Sejak masa Dong Son, bahkan sebelum itu. Difungsikan sebagai salah satu pelindung diri saat berperang. Pendekatannya sangat radikal. Tapi coba jangan berhenti di situ. Coba kita maklumi. Kita ambil saja nilai filosofisnya. Perang sangat identic dengan patriotism, kepahlawanan. Contoh paling mudah untuk menganalogikan kewiraan, kepahlawanan hanyalah mengkaitkannya dengan peristiwa peperangan. (Mereka bilang tak kan ada lagi perang). Pray for Peace.

Bila perisai merupakan penggambaran kewiraan maka, sangat wajar bila kita memaknai bentuk perisai logo atau lambang Blora ini dengan pendekatan kepahlawanan pula. Kepahlawanan dari sudut pandang internal maupun eksternal. Dari sisi individual maupun komunal. Dilihat dari sudut pandang internal, masyarakat Kabupaten Blora seharusnya turut berkomitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan PANCASILA.

Sebagai masyarakat Kabupaten Blora, sebaiknya kita menolak, melindungi diri dari pengaruh-pengaruh luar yang berusaha mengoyak rasa persatuan dan kesatuan. Pengaruh tidak baik dari luar yang datang menggunakan pendekatan duniawi maupun ukhrowi. Perlunya pelestarian adat istiadat disini. Apakah iya, pada jaman android seperti sekarang ini, orang akan menyembah berhala? Menyembah keris? Menyembah pohon besar? Rasanya kok tidak. Maka adat istiadat baiknya tetap dilestarikan.

Berhala sekarang telah berubah bentuk, berkamuflase menjadi ajaran, menjadi orang suci, apalagi kaya. Praktek penyembahannya adalah dengan melalui pengingkaran pada kebhinekaan. Mengekang kebebasan berfikir apalagi berpendapat. Memaksakan satu versi kebenaran sebagai sebuah kebenaran mutlak yang wajib dilakukan oleh seluruh manusia. Ujungnya, meyakini bahwa yang berhak bahagia hanyalah sekelompok orang saja. Akan memprotes Tuhan Yang Maha Esa bila sampai memberikan kebahagiaan itu pada manusia di luar kelompoknya.

Dari sudut pandang eksternal, paling tidak, kita sebagai masyarakat Kabupaten Blora baiknya sesekali berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa memohonkan kedamaian bagi seluruh umat manusia. Sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing memohon untuk Kedamaian dunia. "Ya Tuhan, berilah kedamaian di hati setiap manusia. Berilah kedamaian dunia." Meskipun kita tahu, kedamaian di dunia tidak mungkin terjadi. Bila memang tidak mungkin terjadi, "Ya sudahlah." Kita turunkan permohonan kita dengan berdoa semoga tidak lagi terjadi perang di Indonesia.

Bukan karena kita pengecut. Takut perang. Tapi kita harus berfikir logis. Andaikan pulau Jawa dijadikan ajang perang. Bagaimana nasib para emak-emak yang sekarang terlanjur hedonist? Bagaimana dengan kaum difabel? Bagaimana dengan balita dan anak-anak? Bagaimana dengan kaum lansia yang sudah mencapai 20% dari total penduduk? Apakah kita akan menjawab seraya apatis, "Biarlah alam menuntaskan seleksinya? Penyintas tetap akan ada, akan melanjutkan generasi kita."

Bukan seperti itu. Nenek moyang berfikir bila kita harus "memayu hayuning bawono". Turut menjaga ketertiban dunia. Dimulai dari diri sendiri. Memang, "sedumuk batuk senyari bhumi", tapi nenek moyang Kabupaten Blora juga mengenal idiom "ono rembug dirembug". Utamakan negoisasi. Perang bukanlah solusi. Namun, bila sangat terpaksa, atas nama Persatuan Indonesia, siapapun akan kita lawan. Siapkan bambu runcing serta tameng. Tameng baja juga tameng do'a dari orang tua dan Kyai, kita maju perang!. "Nganti mati tak belani."

Dikarang oleh : Heri ireng
Read More

FARIZ RM EET SJAHRANI DEDDY DHUKUN - PROGRAM SOSIAL BANTU LANJUT USIA KABUPATEN BLORA 2019

FARIZ RM EET SJAHRANI DEDDY DHUKUN - PROGRAM SOSIAL BANTU LANJUT USIA KABUPATEN BLORA 2019

Sebuah lagu berjudul "Tangan Mungil" yang dinyanyikan FARIZ RM dan DEDDY DHUKUN dengan hiasan melodi gitar E'et Sjahrani hampir terlupakan. Bila melihat lirik, jenis musik yang dipilih, rasanya sangat cocok bila digunakan sebagai theme song program-program sosial di Indonesia. Salah satu contohnya adalah video tentang awal program BANTU LU 2019 di Kabupaten Blora.

Membahas tentang Program BANTU LU, begini cerita singkatnya : Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, meluncurkan Program BANtuan berTUjuan Lanjut Usia 2019. Disingkat BANTU LU 2019. Diterapkan untuk seluruh Indonesia, termasuk Kabupaten Blora tercinta.

Definisi Bantuan Bertujuan Lanjut Usia (BANTU LU) adalah Bantuan Bertujuan yang diberikan kepada lanjut usia miskin di dalam rumah tangga miskin non keluarga dalam bentuk bantuan sosial non tunai, terapi dan dukungan keluarga untuk mendukung proses perubahan perilaku dan pemenuhan hak hidup layak dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

BANTU LU bertujuan untuk:
  1. Meningkatkan pemenuhan hak hidup layak lanjut usia tidak potensial.
  2. Meningkatkan tanggung jawab social (social responsibility) keluarga dan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak lanjut usia tidak potensial.
  3. Meningkatkan kapabilitas sosial (social capability) lanjut usia tidak potensial. 

Untuk mewujudkan tujuan program, implementasi program dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
  1. Ketepatan, artinya yaitu tepat dalam menentukan sasaran program dan tepat dalam penyaluran dana kepada penerima.
  2. Kebermanfaatan, yaitu program harus bermanfaat dalam memelihara dan mempertahankan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.
  3. Non-diskriminatif, yaitu dalam penetapan penerima tidak membedakan asal suku, agama, ras, dan golongan tertentu. 
  4. Tranparansi, yaitu program dilaksanakan secara terbuka dan setiap orang dapat mengakses informasi dengan mudah.
  5. Akuntabilitas, yaitu pelaksanaan program, pengelolaan dana dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

Indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah :
  1. Meningkatnya pemenuhan hak hidup layak lanjut usia tidak potensial.
  2. Meningkatnya tanggung jawab social (social responsibility) keluarga dan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak lanjut usia tidak potensial.
  3. Meningkatnya kapabilitas sosial (social capability) lanjut usia tidak potensial.
Untuk melihat Videonya silahkan klik FARIZ RM EET SJAHRANI DEDDY DHUKUN - PROGRAM SOSIAL BANTU LANJUT USIA KABUPATEN BLORA 2019

Diceritakan oleh Heri ireng

Read More

BALADA ENTHUNG JATI SEJAK JADI MAKANAN PURBA HOMO SAPIEN DI BLORA

BALADA ENTHUNG JATI SEJAK JADI MAKANAN PURBA HOMO SAPIEN DI BLORA

Alkisah, dulu pada jaman Homo Erectus, pohon jati sudah ada. Setiap masa pancaroba, laboh, setelah hujan pertama, tanah hutan menjadi lembab dan hangat.  Telur ulat jati menetas menjadi ulat. Saat itu mereka bebas hidup, bermetamorfose hingga menjadi kaper. Memang tiada seindah kupu gajah. Tak seputih Kaper Petak. Namun cukup merdeka untuk menjadi apa yang seharusnya. Sesuai kodrat mereka.

Waktupun berlalu. Nenek moyang di Kabupaten Blora telah berevolusi menjadi Homo Sapien. Semakin kreatif memanfaatkan sumber daya. Sumber daya alam maupun potensi diri. Mulai saat itulah enthung jati tak lagi merdeka. Mereka mulai dimasak, dengan cara dikukus menggunakan bumbu cabai, tomat atau belimbing wuluh.

Mereka hidup relative sebentar. Dari telur yang terkubur dibawah permukaan tanah, menetas menjadi ulat-ulat kecil. Memanjat pohon jati untuk memakan daunnya. Tumbuh membesar dalam waktu singkat. Selama menjadi ulat, mereka harus berjuang hidup. Jatuh ke tanah kemudian memanjat pohon lagi menggunakan benang halusnya, ataukah menjadi makanan burung yang selalu menanti musim hadirnya.

Bila bernasib baik, mereka akan melanjutkan hidup dengan bertapa. Menggulung lembar daun yang tersisa menggunakan benang halus yang dihasilkannya sendiri. Kemudian hanya diam. Pada saat diam itulah metamorphosis terjadi. Selama proses metamorphosis, gulungan daun itu mengering. Jatuh terhempas angin atau tak kuasa menahan derasnya hujan.

Pada saat menjadi kepompong, bencana besar sering melanda. Kepompong yang tak mampu berbuat apa-apa harus pasrah pada para pemangsa. Yang ditakdirkan lolos, dapat mencapai puncak metamorphose menjadi kaper. Bagi yang tidak lolos, akan menjadi makanan semut, dipatuk ayam, atau menjadi hidangan di atas meja.

Saksikan video lengkap dengan klik link ini :  BALADA ENTHUNG JATI SEJAK JADI MAKANAN PURBA HOMO SAPIEN DI BLORA

Dikarang oleh Heri ireng.
Read More

INILAH ANALISA TEMUAN PITHECANTHROPUS KOENIGSWALD & DUBOIS YANG DIBUAT C.U. ARIENS KAPPERS & K.H. BOUMAN

12 analisa pithecanthropus bouman gambar 1 dan 2

Pada pertemuan 27 November 1937, VON KOENIGSWALD menerbitkan komunikasi pertamanya tentang fragmen fosil mandibula kanan, yang ia anggap sebagai spesimen Pithecanthropus. Objek itu ditemukan di lapisan Trinil Jawa Tengah.

R. ascendens mandibula gagal, fragmennya dipecah secara kaudal di belakang molar ketiga, secara frontal antara insisivus pertama dan kedua. Dari gigi, molar dan gigi ke-2 dipertahankan. Bentuk arcus dentium bersifat manusiawi, berbentuk cekung medial. Meskipun alveolus dari premolar 1 ditutupi oleh kerak, jelas bahwa hanya ada satu alveolus dan bukan dua seperti yang ada pada kera.
Premolar kedua biasanya pithecoid dan dapat dianggap berasal dari kera jika tidak mirip dengan premolar Sinanthropus, meskipun reliefnya agak janggal.

Panjang yang ditempati oleh tiga molar di rahang (40,0 mm) melebihi panjang molar manusia, mendekati sangat dekat dengan molar Orang-Utan (42,4 mm GREGORY). Di arah belakang ukuran molar menunjukkan peningkatan yang cukup besar, sedangkan pada manusia baru-baru ini terlihat sebaliknya, molar ketiga berkurang pada manusia. Bahkan di Sinanthropus dan rahang Heidelberg molar ketiga berkurang. Relasi yang disebutkan di atas hanya ditemukan di Simia (juga di Dryopithecus) sehingga relasi ini adalah pithecoid menurut VON KOENIGSWALD.

Di sisi lain luasnya molar ketiga melebihi panjangnya. Memiliki L / Br tinggi. indeks, karena hanya terjadi pada manusia.Mandibula itu sendiri berbeda dari mandibula antropomorfis dengan pendek dan bulatnya. Dagu miring (fliehend), spina interdigastrica (tipikal antropoids) gagal. Di depan, mandibula akan berkurang. Ada permukaan penyisipan yang kuat dari m. digastricus (fossa digastrica). Ada banyak kemiripan dengan rahang Heidelberg dan alih-alih satu foramen mental ada tiga, yang akan menjadi hal yang luar biasa untuk antropoid.

Kesimpulan VON KOENIGSWALD menyatakan bahwa, terlepas dari featru pithecoid dari gigi premolar kedua yang besar, gigi molar ketiga yang ureduced dan panjangnya ditempati oleh tiga molar, karakter mandibula adalah hominid. Dalam ukuran premolar itu datang Sinanthropus terdekat, bentuk yang, bagaimanapun, mandibula itu sendiri berbeda dengan peningkatan ketinggian dalam arah frontal di daerah molar dan penurunan di daerah dagu dan oleh kurangnya torus mandibularis. Bentuk umumnya lebih menyerupai rahang Heidelberg tanpa begitu besar.

Mengingat kemiripan yang sangat besar dari fragmen dengan fragmen rahang dari Kedoeng Broeboes dijelaskan oleh DUBOIS, yang fragmen dinyatakan oleh DUBOlS menjadi fragmen Pithecanthrophus, VON KOENIGSWALO tidak meragukan bahwa mandibula dari spesies yang sama, dan - karena argumen yang disebutkan di atas - ia percaya bahwa fitur-fiturnya lebih murni hominid daripada antropoid.

Namun, karena sudah ada dalam Pleistosen Jawa kuno, peninggalan manusia (Homo modjokertensis VON KOENIGSWALO 1), sementara di lapisan pleistosen muda Ngandong OPPENOORTH menemukan Homo Soloensisnya (Javanthropus OPPENOORTH), VON KOENIGSWALD menyimpulkan bahwa di tengah-tengah Pitheoanthropus miliknya, Pithecanthropus sudah menjadi peninggalan hominid.

Pada pertemuan 29 Januari 1938 dari Akademi Ilmu Pengetahuan VON KOENIGSWALD memberikan komunikasi tentang tengkorak Pithecanthropus baru yang ditemukan di lapisan terdalam dari Trinil Jawa.

Setelah rekonstruksi tiga puluh keping yang berisi, fragmen itu tampaknya memiliki kemiripan yang mencolok dengan tengkorak Pithecanthropus yang ditemukan oleh DUBOIS. Kedua tengkorak menunjukkan struktur canggung yang sama dari daerah supra-orbital, kerataan bagian depan yang sama dan tinggi calotte yang kecil. Tikungan tiba-tiba di bagian oksipital tengkorak sama pada keduanya. Kedua tengkorak memiliki penyempitan postorbital yang cukup besar dan bahkan tonjolan yang aneh di wilayah bregma terjadi pada keduanya. Menurut VON KOENIGSWALD tidak diragukan kedua tengkorak adalah perwakilan dari satu spesies. Ini dikonfirmasi oleh pengukuran yang menyertai kertas VON KOENIGSWALD.

VON KOENIGSWALD menganggap tengkoraknya (dan karena itu juga Pithecanthropus DUBOIS) sebagai hominid, mis. karena fitur fitur temporal, khususnya fossa mandibula dalam dengan umbi mandibulare di depannya, seperti yang hanya ditemukan di Hominid (MARTIN dan SCHWALBE). Menurutnya ini saja akan membenarkan menyebutnya hominid.

Meatus externus di tengkorak VON KOENlOSWALO terletak di bawah pemanjangan tulang zygomatik, seperti yang juga diamati pada manusia. VON KOENIGSWALD juga percaya bahwa tulang tengkorak setebal yang ditemukan di tengkorak ini dan pada Pithecanthropus DUBOIS tidak terjadi pada kera antropoid, tetapi harus dianggap sebagai fitur hominid fosil.
Di sisi lain, dengan tidak adanya proses mastoid, hadir pada manusia dan juga di tengkorak Sinanthropus, Ngandong dan Rhodesian, tengkoraknya menyerupai antropoid.

Mengingat fakta bahwa tengkorak Pithecanthropus miliknya dan DUBOIS dewasa, tetapi volume tengkoraknya (750 cc) lebih kecil daripada spesimen DUBOIS (900-950 cc), VON KOENIGSWALD cenderung menerima tengkorak DUBOIS ' adalah milik laki-laki, miliknya milik individu perempuan. Lebih lanjut ia percaya karena karakteristik wilayah temporal yang disebutkan di atas dan pada hubungan sinus frontal dalam spesimen DUBOIS (WEINERT) bahwa Pithecanthropus adalah hominid. Sebagai argumen lain untuk ini, ia merujuk pada pendapat BLACK'S dan WEIDENREICH mengenai afinitas Pithecanthropus dan Sinanthropus, yang terakhir adalah hominid yang tidak diragukan (kapasitas wanita 1050 cc; pria 1100-1200 cc).

Namun demikian ia menekankan keprioritasan hominid ini sebagaimana dibuktikan oleh kapasitas tengkorak kecil, proses mastoid yang gagal, terjadinya molar ketiga yang tidak tereduksi, dan panjang penyisipan molar.

Pernyataan VON KOENIGSWALO telah dikritik oleh DUBOIS. Mengacu pada kritik terhadap artikel-artikel DUBOIS dalam Prosiding Januari dan Maret 1938, saya hanya menyebutkan di sini bahwa DUBOlS mengulangi bahwa tengkorak Pithecanthropus-nya agak antropomorf (terutama Hylobatid) dalam karakter dan dengan demikian berbeda dari Sinanthropus, yang menurut semua penulis adalah hominid primitif, dan lebih jauh lagi DUBOIS, yang memberikan fitur hominid mandibula dan tengkorak VON KOENlOSWALD, meragukan indentitas mereka dengan fragmen Pithecanthropus-nya. Dia menganggap tengkorak itu sebagai individu yang tidak dewasa, mandibula dari individu yang dewasa yang terkait dengan Sinanthropus dan terutama untuk Homo Soloensis (Javanthropus) milik OPPENOORTH.

Dengan kebaikan Dr. VON KOENIGSWALD, Prof. K. H. BOUMAN dan saya masing-masing dari kami menerima pemeran endokranial dari Pithecanthropus VON KOENIGSWALD, yang kami periksa secara independen. Untuk deskripsi BOUMAN, saya merujuk pada Acta Neerlandica morphologiae normalis et pathologicae (VoL I1, 1938, hlm. 1). Di sini saya ingin menekankan, seperti juga yang dilakukan oleh Prof. BOUMAN, kemiripan yang dekat antara para pemain endokranial VON KOENIGSWAlD dan DUBOlS. Gambar. 1 dan 2 memberikan kontur umum dari kedua bentuknya, gbr. 3 menunjukkan pola fisil mereka. Dalam tabel terlampir saya memberikan beberapa pengukuran dan indeks dari kedua bentuk endokranial yang nampak bahwa perbedaan antara kedua Pithecanthropi sangat kecil.

12 tabel analisa pithecanthropus bouman tabel perbandingan

Tabel kami menunjukkan bahwa ada peningkatan bertahap dalam ketinggian relatif dari Pithecanthropus (rata-rata 0,43 1/2) melalui Sinanthropus dan Javanthropus (0,46) ke Rhodesian (0,50) dan posisi ketinggian tegak lurus, seperti ditunjukkan oleh hubungan dari jarak frontal dan oksipital (rata-rata Pithecanthropus: 1,06; Sinanthropus: 1,19; Javanbhropus: 1,23; Rhodesian: 1,32) bergeser semakin dan semakin mundur. Ada penurunan bertahap dari kedalaman temporal relatif di Pithecanthropus, Sinanthropus, Javanthropus dan Rhodesian dibandingkan dengan panjang total dan temporo-oksipital, sementara kedua panjang secara bertahap meningkat. Fakta bahwa hubungan antara panjang total dan temporooksipital di Rhodesian (0,76) melampaui hubungan ini di Pithecanthropus (0,74), sedangkan di Sinanthropus lebih kecil (0,72), menunjukkan bahwa di Rhodesian peningkatan panjang total lebih disebabkan oleh peningkatan relatif dari panjang temporo-oksipital, di Sinanthropus ke peregangan frontallobes. Ini mungkin berkorelasi dengan mesencephaly Sinanthropus (77) dan brachencephaly (81,8) dari Pithecanthropus, yang terakhir mempengaruhi khususnya lobus frontal.

31 analisa pithecanthropus bouman bentuk endokranial pithecanthropus DUBOIS

32 analisa pithecanthropus bouman bentuk endokranial pithecanthropus VON KOENIGSWALD

33 analisa pithecanthropus bouman bentuk endokranial Sinanthropus Pekinensis milik BLACK

45 analisa pithecanthropus bouman fisurasi frontal lobe simpanse dan endokranial sinanthropus pekinensis

Dalam gbr. 3 celah yang terkesan pada lobus frontal dari kedua bentuk Pithecanthropus ditarik. Mereka menunjukkan kemiripan di luar dugaan, sekaligus menegaskan bahwa pola fisil frontal seperti yang diberikan oleh salah satu dari kita pada tahun 1929 dari spesimen DUBOlS adalah tipikal dari spesies ini.

Sejauh menyangkut interpretasi dari angka-angka yang ditambahkan ke celah, kami merujuk pada makalah kami sebelumnya tentang hal ini.

Kami juga meminta perhatian pada fakta khusus bahwa penggambaran media jamak arteria meningea di belahan kanan spesimen DUBOlS dan VON KOENIGSWALD menunjukkan kemiripan yang jarang ditemukan dalam sistem vaskular yang sangat bervariasi ini.

Beralih ke pertanyaan tentang karakter pithecoid atau hominid dari gips endocranial Pithecanthropus ini, saya akan berkomentar bahwa seperti halnya dalam sistem gigi (panjang penyisipan molar, molar ketiga yang tidak tereduksi, fitur dari molar kedua) dan pada calotte (kecil) volume, gagal mastoid) fitur pithecoid terjadi, di sebelah fitur hominid (bentuk arcus dentium dan mandibula itu sendiri, adanya umbi mandibulare, posisi meatus auditorius externus di bawah kelanjutan tulang zygomatik, tulang tengkorak masif), jadi juga hubungan endokranial menunjukkan fitur pithecoid dan hominid.
Sejauh menyangkut celah-celah, saya sudah menunjukkan bahwa celah frontal di Pithecanthropus menunjukkan jauh lebih banyak kesamaan dengan simpanse daripada yang pernah diamati pada manusia, bahkan pada manusia Neanderthal.

Fisura frontal pada belahan kiri Simpanse yang diterbitkan dalam makalah kami tahun 1929 berbeda terutama dari yang ada di belahan kiri Pithecanthropus DUBOIS dengan menjadi lebih curam, lebih melengkung ke depan (Gambar 3 dan Gambar 4), yang bisa sebagian dijelaskan oleh bentuk otak yang lebih brachencephalic (indeks Chimpanzee 84.2 Pithecanthropus 81.6).

DUBOlS cenderung menganggap tengkorak Pirhecanthropus-nya lebih Hylobatid daripada Simpanse. Karena Hylobatid yang hidup sekarang memiliki ensefal 1 / br. indeks sekitar 80, indeks ini, serta ruang tengkorak mereka mendekati orang-orang Pithecanthropus daripada simpanse. Gibbons baru-baru ini dan akibatnya juga otak mereka sangat kecil dibandingkan dengan antropomorf lainnya dan otak mereka. Bagian depan mereka semua fissuration terlalu miskin untuk berhasil dibandingkan dengan Pithecanthropus. Tetapi jika pernah ada Gibbon dengan ukuran lebih besar dan indeks analog telah hidup, celahnya mungkin lebih mirip dengan Pithecanthropus yang secara frontal kurang melengkung daripada di simpanse.

Gambaran pithecoid dari gips endokranial DUBOIS Pithecanthropus terlihat dalam indikasi kemungkinan sulcus bulan pada lobus oksipital kanan pada tingkat jahitan lambda, sedangkan pada manusia baru-baru ini (mungkin bahkan pada gips Neanderthal dari Dusseldorf) sulkus ini terletak jarak yang cukup jauh di belakang jahitan lambda. Bagaimanapun, nomenklatur DUBOIS "Pithecanthropus" tampaknya menjadi ungkapan terbaik untuk karakter peralihan dari spesies ini.
Lebih lanjut kami percaya bahwa, meskipun ada kesamaan juga antara gips endokranial Pithecanthropus dan Sinanthropus, mereka tidak boleh dianggap sebagai milik satu spesies, yang terakhir memiliki karakteristik lebih hominid daripada Pithecanthropus, seperti yang ditunjukkan pada gips endokranial pada tahun 1933.

Meninggalkan keputusan akhir tentang tingkat hubungan antara Pithecanthropus dan Sinanthropus kepada mereka yang lebih kompeten untuk menilai detail kerangka, kami mengambil kesempatan ini untuk membandingkan lagi gips Pithecanthropus dan Sinanthropus endocraniaI, mengacu pada gambar. 3 dan 5 dan tabel I. Meskipun kesan fissural, khususnya di belahan kiri Sinanthropus, tidak sejelas seperti pada spesimen Pithecanthropus, kami percaya gambar yang diberikan di sini mendekati hubungan mereka sedekat mungkin. Dari sini tampak bahwa fisura frontal di Sinanthropus mungkin lebih dekat dengan fisura Pithecanthropus daripada yang diperkirakan pertama kali. Dalam hal ini saya akan menarik perhatian pada beberapa kemiripan antara fissuration frontal kanan Sinanthropus dan fissuration frontal kiri Pithecanthropus DUBOIS. Ada juga kemiripan antara lobus frontal kiri Pithecanthropus VON KOENIGSWALD dan Sinanthropus. Namun, di kedua Pithecanthropi fisura frontal inferior berjalan jauh lebih horizontal daripada di Sinanthropus, yang dengan demikian menunjukkan karakter yang lebih hominid, sangat mirip dengan bentuk hubungan dalam bentuk Rhodesian, sebagaimana dinyatakan dalam makalah kami '33. Juga pemisahan celah 6 dari 4 dan sisanya melekat pada 7 lebih hominid. Dalam uraian kami tentang bentuk Sinanthropus, kami sudah meminta perhatian pada kemungkinan bahwa jika di belahan kiri Sinanthropus terdapat indikasi sulkus bulan sabit ELLIOT SMITH (atau kelanjutan mesial sulkus ini, maka s. Polaris superior) terjadi, terletak di belakang jahitan lambda (seperti yang terjadi pada manusia), sementara di Pithecanthropus (belahan kanan) kesan yang mungkin dapat diidentifikasi dengan itu terletak pada tingkat jahitan lambda (hubungan pithecoid).

Dari Tabel I kami juga tampak bahwa indeks ketinggian umum di Sinanthropus (0,46) lebih besar daripada di kedua Pithecanthropi (0,44 dan 0,43) dan bahwa ketinggian terbesarnya tegak lurus terletak lebih dekat kutub oksipital, hubungan antara jarak frontal dan oksipital ini. tegak lurus pada horizontal lateral menjadi 1,19 di Sinanthropus dan 1,11 dan 1,01 di Pithecanthropi. Lebih jauh lagi, hubungan kedalaman temporal dengan total sama dengan panjang temporal dari bentuk lebih kecil di Sinanthropus.

Juga volume (betina 1050, jantan 11-1200 cc) dan kontur umum dari bentuk endokranial Sinanthropus lebih manusiawi. Mereka nyaris mendekati Homo soloensis, Javanthropus OPPENOORTH, seperti yang dinyatakan di tempat lain (Gambar 6a dan 6b).
WEIDENREICH juga sering menekankan karakter manusia dari Sinanthropus. Dari studi bentuk endokranial tengkorak fosil secara umum, termasuk bentuk hominid, saya juga meminta perhatian pada makalah berharga Dr. T. EDINGER.

Meskipun indeks lebar kepala tidak berarti cukup untuk diagnosis rasial, nilai tipognostik dari indeks ini, pertama kali ditekankan oleh ANDEHS RETZIUS, telah sering dikonfirmasi, juga dalam beberapa kali.

Jadi MORANT menemukan bahwa dari 31 fitur tengkorak, enam fitur memiliki nilai lebih dari 25 fitur yang tersisa bersama-sama, dan dari keenam ini nilai indeks luasnya sekitar dua kali lebih berpengaruh untuk koefisien kemiripan rasial dengan lima fitur lainnya.

Karakteristik di atas rata-rata: indeks kelompok ras adalah kurva di mana indeks individu diplot dan yang menunjukkan bahwa puncak atau puncak indeks dari kelompok yang cukup besar biasanya bertepatan dengan puncak atau puncak kelompok lain dari ras yang sama, bahkan jika rata-rata mereka menunjukkan beberapa perbedaan karena ketinggian puncak dan penyebaran kurva.
Kurva seperti itu juga dapat menunjukkan bahwa selain karakteristik puncak dari suatu perlombaan, modifikasi seperti lompatan dapat terjadi dalam bentuk tambahan puncak yang lebih brachycephalic, biasanya merupakan fiksasi dari tahap kekanak-kanakan. Fiksasi ini mungkin memiliki nilai progresif, karena perkembangan 78-80 puncak dalam kelompok indeks 73-75 ketika hidup dalam keadaan yang lebih baik, atau karakter yang kurang menguntungkan, sebagai evolusi puncak hiperbrachycephalic pada orang brachycephalic ketika hidup di bawah kemiskinan.

Ini muncul dari BOAS, penelitian tentang imigran Sisilia dan miliknya dan GUTHE tentang imigran Yahudi di Amerika dan dari kurva pengungsi Armenia yang diukur oleh KRISHNERS dibandingkan dengan Armenia yang lebih baik terletak diukur oleh saya sendiri. Perbedaan analog diamati antara indeks kepala Palestina dan indeks orang-orang Arab Selatan-Arab yang lebih miskin. Lebih jauh lagi muncul dari kurva GUTHE dan dari kurva saya terbuat dari bahan BOAS bahwa puncak yang lebih brachycephalic dalam kurva Yahudi dan Armenia lagi menghilang dalam keturunan yang hidup dalam keadaan yang lebih baik. Bahwa puncak tambahan semacam itu adalah fiksasi tahap kekanak-kanakan dikonfirmasi oleh penelitian KLEIN. [Diterjemahkan dan diceritakan secara serampangan oleh Heri ireng]
Read More

CERITA TENTANG HOMO ERECTUS

Video Blora Bola Bola Batu jaman Homo Erectus di Museum Mahameru Blora

Homo erectus adalah nenek moyang masyarakat Kabupaten Blora. Oleh Doktor Von Koenigswald, fosil nenek moyang yang ditemukan di Ngandong Kradenan Blora disebut Homo Erectus Soloensis. Sebenarnya, sisa-sisa Homo erectus ditemukan di seluruh Afrika dan di Asia barat dan timur (sejauh timur Pulau Jawa di Indonesia). Fosil lain, yang ditugaskan oleh beberapa cendekiawan untuk spesies ini, telah ditemukan di Eropa, sejauh utara Inggris. Homo erectus memiliki masa jabatan yang panjang; fosil Homo erectus yang paling awal diperkirakan berasal dari sekitar 1,8 juta tahun yang lalu, sedangkan fosil termuda yang ditetapkan untuk spesies ini berasal dari sekitar 300 ribu tahun yang lalu (ka). Homo erectus penting untuk mempelajari evolusi manusia karena ini adalah spesies pertama yang ditemukan di luar Afrika dan menampilkan banyak fitur anatomi (terutama ukuran otak dan aspek kerangka postkranial — yaitu, bagian kerangka di bawah kepala) yang mencerminkan evolusi ke arah pola yang terlihat dalam Homo sapiens.

Taksonomi (penamaan dan penugasan spesies) Homo erectus kontroversial. Beberapa ahli berpendapat bahwa ada perbedaan penting antara perwakilan Asia dan Afrika dari spesies ini. Secara khusus, para ilmuwan ini berpendapat bahwa fitur dalam tempurung kepala (tengkorak dikurangi rahang bawah) —segala, gigi besar, lonjakan sagital (area sempit dari tulang menebal membentang dari tepat di belakang alis ke belakang tengkorak) dan besar-besaran neurocranium ( bagian tengkorak yang menutupi dan melindungi otak) dan wajah — hanya ditemukan dalam fosil Asia H. erectus. Bagi para ahli paleoantropologi ini, bukti ini menunjukkan bahwa sampel Asia dan Afrika mewakili spesies yang berbeda; nama 'Homo ergaster' diberikan kepada fosil Afrika untuk meresmikan perbedaan tingkat spesies ini. Namun, seperti pendapat para sarjana lain, banyak dari sifat-sifat ini juga ditemukan pada beberapa fosil H. erectus di Afrika, menunjukkan bahwa seluruh sampel merupakan spesies tunggal, Homo erectus. Di situs web ini (dan untuk sisa esai ini), penafsiran yang terakhir akan digunakan — mis., 'Homo erectus' akan digunakan untuk menggambarkan seluruh sampel (Afrika dan Asia).

Banyak ciri-ciri yang membedakan Homo erectus dari spesies hominin lainnya — baik spesies awal maupun yang belakangan — terlihat di tengkorak. Ukuran otak rata-rata Homo erectus diperkirakan sekitar 900 sentimeter kubik (cc), yang lebih besar dari Homo habilis, tetapi lebih kecil dari Homo heidelbergensis dan bentuk-bentuk selanjutnya lainnya. Ukuran otak Homo erectus jauh lebih besar daripada di Homo habilis ketika dianggap terkait dengan ukuran tubuh — yaitu, ukuran otak meningkat secara substansial dalam Homo erectus, tetapi, karena ukuran tubuh juga meningkat, ukuran relatif Homo erectus Otak tidak jauh lebih besar dari pada Homo habilis. Namun, ukuran absolut otak menyebabkan perubahan pada kasus otak; misalnya, tempurung otak lebih tinggi daripada di Homo habilis, tetapi lebih rendah daripada spesies hominin kemudian. Batang otak Homo erectus juga sangat panjang relatif terhadap ketinggiannya, memberikan tengkoraknya bentuk bola sepak jika dilihat dari samping. Kantung otak dan wajah serta rahang Homo erectus dibangun sangat berat, dengan tulang tebal dan penebalan ekstrem di sepanjang beberapa jahitan tengkorak (tempat dua tulang tengkorak terhubung). Sebagai contoh, alis dibuat secara masif dan kontinyu melintasi wajah dan terdapat tonjolan tulang yang besar di bagian belakang tengkorak (oksipital torus dan sudut torus). Karena keunggulan ini, tengkorak Homo erectus berbentuk pentagon jika dilihat dari belakang, dengan area terluas bertepatan dengan bagian bawah tempurung kepala.

Selain penggunaannya untuk mendefinisikan spesies, sisa-sisa tengkorak juga telah digunakan untuk mempelajari cara Homo erectus tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Meskipun studi ekstensif, para ahli tidak setuju tentang bagaimana bukti yang ada pada subjek ini harus ditafsirkan. Bukti dari gigi fosil Homo erectus menunjukkan bahwa Homo erectus belum mengembangkan jadwal pertumbuhan unik yang ditunjukkan oleh Homo sapiens. Namun, dengan menggunakan bukti dari fosil crania, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa H. erectus memiliki ciri khas manusia yang unik, seperti percepatan pertumbuhan remaja. Dengan demikian, saat ini tidak jelas apakah pola pertumbuhan yang ditemukan pada Homo sapiens berevolusi di Homo erectus atau pada spesies selanjutnya.

Sisa-sisa taksonomi postkranial ini secara tradisional telah ditafsirkan sangat mirip dengan Homo sapiens. Satu-satunya perbedaan penting adalah bahwa sisa-sisa postcranial Homo erectus pada umumnya lebih tebal dan lebih besar daripada H. sapiens; Namun, semua fitur lainnya menunjukkan kesamaan yang mencolok antara kedua spesies. Perawakan Homo erectus, misalnya, telah disarankan untuk sangat mirip dengan manusia yang hidup dan kaki belakang Homo erectus jauh lebih panjang daripada dalam bentuk sebelumnya yang memiliki bukti yang baik. Oleh karena itu, proporsi panjang kaki depan (kaki ke lengan) pada Homo erectus dianggap hampir identik dengan Homo sapiens. Karena kesamaan ini, sebagian besar sarjana percaya bahwa Homo erectus adalah spesies hominin pertama yang mampu menjadi bentuk gerak bipedal yang tidak dapat dibedakan dari Homo sapiens. Penelitian terbaru, bagaimanapun, menunjukkan bahwa fosil-fosil kunci yang ditugaskan pada Homo erectus jauh lebih pendek daripada yang diperkirakan sebelumnya dan berpendapat bahwa tinggi badan manusia modern mungkin tidak ada pada Homo erectus. Yang jelas, penemuan fosil baru-baru ini di Kenya menunjukkan bahwa Homo erectus memiliki ukuran yang cukup bervariasi dan bahwa dimorfisme seksual (perbedaan antara jantan dan betina dalam suatu spesies) mungkin lebih besar daripada yang diyakini sebelumnya.

Apakah itu karena memiliki gaya berjalan seperti manusia atau tidak, Homo erectus adalah spesies hominin pertama yang ditemukan di luar Afrika. Banyak situs yang mengandung fosil Homo erectus telah ditemukan di Cina dan Indonesia. Secara umum, situs-situs ini lebih lambat dari situs Homo erectus di Afrika. Namun, di sebuah situs bernama Dmanisi di Republik Georgia, fosil yang ditugaskan untuk Homo erectus telah ditemukan dalam sedimen yang bertanggal 1,7 mya. Fosil-fosil di Dmanisi menunjukkan dimana fase Homo erectus mulai bermigrasi keluar dari Afrika pada waktu yang sangat dekat dengan asalnya. Namun, yang menarik, sisa-sisa postkranial dari Dmanisi lebih primitif (lebih mirip dengan spesies sebelumnya; mis., Punggung belakang relatif lebih panjang) daripada yang ditemukan di banyak situs lain.

Kemampuan Homo erectus untuk menjajah tanah di luar Afrika juga sangat tergantung pada teknologi baru yang ditemukan spesies ini untuk menangani lingkungannya. Homo erectus adalah spesies pertama yang secara aktif memanfaatkan api; bukti baik pertama untuk pemanfaatan api adalah dari situs Homo erectus di Israel dan diperkirakan sekitar 780 ka. Homo erectus juga menemukan teknologi baru untuk membuat alat-alat batu. Jenis alat yang digunakan oleh spesies ini disebut industri Acheulean. Industri Acheulean sebagian besar terdiri dari kapak genggam (besar, artefak berbentuk tetesan air mata) dan parang (artefak besar dengan chip dilepas di kedua sisi salah satu ujungnya untuk menciptakan tepi yang tajam), tetapi jenis alat lainnya juga disertakan. Kapak genggam khususnya merupakan lambang dari industri Acheulean. Artefak ini bekerja dua kali (chip dikeluarkan dari kedua sisi batu asli), menciptakan tepi tajam pada sebagian besar permukaan. Kapak genggam secara tradisional dianggap sebagai alat, tetapi minoritas yang tumbuh dari para ilmuwan sekarang berpendapat bahwa serpihan batu yang dikeluarkan dari batu asli adalah alat yang pada akhirnya digunakan untuk berburu, penjagalan, dan tugas-tugas lainnya. Kapak genggam ditemukan jauh lebih sedikit di situs-situs di Asia Timur. Fakta ini mungkin disebabkan oleh kurang terwakilinya situs Homo erectus di wilayah tersebut (karena, pada gilirannya, karena kurangnya upaya ilmiah di wilayah tersebut dan / atau kelangkaan situs yang sebenarnya) atau karena fakta bahwa bahan-bahan lain (misalnya, bambu) yang tidak boleh disimpan dalam catatan arkeologi diganti dengan kapak genggam. Mungkin juga Homo erectus kehilangan tradisi membuat kapak genggam ketika berpindah dari Afrika ke Asia Timur. Belum ada konsensus yang dicapai mengenai hal ini.

Hubungan evolusi antara Homo erectus dan spesies hominin lainnya belum sepenuhnya terselesaikan. Banyak sarjana percaya bahwa Homo erectus berevolusi dari Homo habilis, mungkin di Afrika Timur. Penemuan terbaru di Kenya, telah meningkatkan jangkauan temporal Homo habilis, menunjukkan bahwa kedua spesies tersebut tumpang tindih dalam waktu dan menyebabkan beberapa ilmuwan mempertanyakan hubungan langsung antara Homo habilis dan Homo erectus. Secara umum disepakati, bahwa Homo heidelbergensis berevolusi dari Homo erectus di Afrika dan menyebar ke seluruh Dunia Lama menggantikan populasi Homo erectus, dengan cara yang hampir sama dengan Homo sapiens menggantikan Homo heidelbergensis dan Homo neanderthalensis tiga perempat juta tahun. nanti (lihat esai tentang Homo sapiens dan Homo neanderthalensis).

Sumber tunggal : Becoming Human Organization
Diceritakan oleh : Heri ireng
Read More

15 PERIODISASI DONGENG CERITA SEJARAH KABUPATEN BLORA

15 PERIODISASI DONGENG CERITA SEJARAH KABUPATEN BLORA KRT COKRO NAGORO II

Video 15 PERIODISASI DONGENG CERITA SEJARAH KABUPATEN BLORA
hanyalah sekedar fiksi ilmiah. Kabupaten Blora telah dihuni oleh manusia sejak jaman batu awal atau homo erectus, 1,8 sampai 1,5 juta tahun lalu. Referensinya adalah temuan fosil hominid di Desa Ngandong Kecamatan Kradenan. Untuk masa setelahnya, yaitu masa homo sapien, kita punya inspirasi cerita berupa temuan kapak perimbas, bola-bola batu yang dapat dilihat di Museum Mahameru Blora, serta situs kubur batu di Desa Bleboh Kecamatan Jiken Kabupaten Blora.

Lalu bila ada pertanyaan, bagaimana korelasinya dengan supercontinent? Nenek moyang kita di Kabupaten Blora itu dari jalur keturunan Nabi Nuh yang mana? Kita belum punya referensi untuk itu. Untuk penelitian ilmiah tentang semua itu, kita pasrahkan saja pada ahlinya. Kita tinggal terima matangnya. Biar nanti para profesor doktor dari Massachusetts Institute of Technology, Stanford University, Harvard University, atau universitas lainnya yang cerita.

Meski sekedar fiksi, agar kelihatan runut, wajar kan?, bila kita buat plot atau Periodesasi untuk cerita Sejarah Kabupaten Blora ini? Oke, plotnya seperti ini :
1. Kabupaten Blora masa Homo Erectus.
2. Kabupaten Blora masa Homo Sapien.
3. Kabupaten Blora masa Dong Son.
4. Kabupaten Blora masa Kalingga  tahun 618.
5. Kabupaten Blora masa Mataram Hindu  tahun 602  - 1016.
6. Kabupaten Blora masa Kahuripan tahun 1019 - 1042.
7. Kabupaten Blora masa Janggala Kadiri  tahun 1045 - 1136.
8. Kabupaten Blora masa Singhasari tahun 1222 - 1292.
9. Kabupaten Blora masa Majapahit  tahun  1293 - 1527.
10. Kabupaten Blora masa Kasultanan Demak Bintara tahun 1478 - 1549.
11. Kabupaten Blora masa Demak Jipang  tahun 1549 - 1558.
12. Kabupaten Blora masa Kasultanan Pajang tahun 1568 - 1586.
13. Kabupaten Blora masa Sukowati  tahun 1749 - 1755.
14. Kabupaten Blora masa Kasunanan Surakarta tahun 1755 - 1945.
15. Kabupaten Blora masa NKRI 1945 - sampai saat ini.

Sampai segitunya kah plot cerita ini? Iya memang. Apakah perlu? Jawabnya, relatif. Tinggal sempat-sempatnya saja kita mengikuti dongeng ini. Syukur-syukur dapat mengambil manfaat dari cerita-cerita ini nanti. Syukur-syukur lagi mau membuat chanel serupa. Sampai jumpa pada Seri Pertama, Kabupaten Blora Masa Homo Erectus.

Dikarang oleh :  Heri ireng
Read More

MELODY GUITAR EET SJAHRANIE DAN DRUM FARIZ RM MENDAYU DI PUNCAK TAPAAN JANJANG KABUPATEN BLORA

MELODY GUITAR EET SJAHRANIE DAN DRUM FARIZ RM MENDAYU DI PUNCAK TAPAAN JANJANG KABUPATEN BLORA

Bisa jadi para Saudara milenial tidak begitu mengenal nama E'et Sjahranie dan Fariz RM. Namun bagi generasi metal Kabupaten Blora, nama E'et Sjahranie sangat akrab di hati pun di telinga. Nama Fariz RM juga begitu dikenal di Kabupaten Blora, terutama bagi para emak-emak. E'et Syahranie belakangan terkenal sebagai gitaris God Bless dan pendiri EdanE. Fariz Rustam Munaf dikenal sebagai tokoh Musik Kreatif Indonesia.
Sekitar tahun '88, Fariz RM dan E'et Sjahranie membuat grup band dengan nama SUPER DIGI. Salah satu nama anggota lainnya adalah Sonny Subowo, musisi programable handal pula. Membuat album untuk Nourma Yunita. Dan, salah satu lagu mereka, kita rekomendasikan untuk dapat dipahami oleh para Pecinta Musik Kabupaten Blora. Lagu tersebut diberi judul BILA KITA JATUH CINTA. Lagu dan liriknya dicipta oleh Fariz Rustam Munaf.
Aransemen lagu BILA KITA JATUH CINTA sangat mendayu-dayu. Bernuansa mistis, namun tidak melankolis. Pengungkapan hasrat cinta yang begitu santun. Terpendam, sangat elegan. Tak didapati kalimat langsung. Diplomatis hanya perlu penghayatan. Sangat menghargai proses. Tak berorientasi pada hasil akhir. Sekedar dijalani dan tetap dijalani. Tak harus bersama. Memancing imajinasi dan doa. Andaikan saja mereka bisa bersama, betapa bahagianya. Dunia akan tersenyum, mentari pagi akan semakin cerah sinarnya.
Tak perduli bagaimana Fariz saat itu. Tuhan memberikan ilham kepada Fariz RM untuk menulis lirik dan menyusun nada dengan sempurna. E'et Syahranie diberi ilham untuk mengisi melodi gitar distorsi yang sangat lain dari biasanya. Menggambarkan sisi lain E'et Syahranie. Di atas nada-nada shynthesizer Fariz RM dan Sonny Subowo, petikan dan distorsi melodi gitar E'et Syahranie mengalun indah. Seakan bercerita, "Sejujurnya, aku merasakan hal yang sama, dan mungkin lebih dari itu". Cerita E'et lewat gitarnya semakin menyempurnakan aransemen lagu BILA KITA JATUH CINTA.
Maka, sudah pas rasanya bila penulis merekomendasikan lagu BILA KITA JATUH CINTA dari album MALAM DANSA milik grup band SUPER DIGI. Menempatkan lagu yang melibatkan para musisi senior Indonesia yang karya-karyanya melompat jauh dari jamannya. Pada video yang dimuat chanel Video Blora tak menampilkan lagu BILA KITA JATUH CINTA secara penuh. Bila Saudara ingin mendengarkannya secara penuh, silahkan hunting di chanel lain. Bila sudah cocok, silahkan membeli versi aslinya. 
Video Blora menggabungkan pemandangan Wisata Spiritual Kabupaten Blora di Puncak Tapaan Janjang. Kebetulan saja, lagu BILA KITA JATUH CINTA sangat match bila digabungkan dengan pemandangan dari Tapaan yang dibangun oleh Eyang Pangeran Jati Kusumo dan Eyang Pangeran Jatiswara ini. Selamat menikmati MELODY GUITAR EET SJAHRANIE DAN DRUM FARIZ RM MENDAYU DI PUNCAK TAPAAN JANJANG KABUPATEN BLORA.  (Heri ireng)
Read More

WISATA SPIRITUAL KABUPATEN BLORA PUNCAK BUKIT BATU TAPAAN JANJANG

WISATA SPIRITUAL KABUPATEN BLORA PUNCAK BUKIT BATU TAPAAN JANJANG

Wisata spiritual punya kans tersendiri. Kunjungilah objek wisata spiritual Kabupaten Blora, satu saja, maka Anda akan rasakan sensasinya. Indah memanjakan mata. Membuat pikiran fresh dan segar lagi. Semilir angin sejuk merasuk sukma. Tak terkecuali di Tapaan Janjang Kecamatan Jiken Kabupaten Blora. Anda akan rasakan hal sama.
Puncak bukit batu tapaan Janjang terletak di Desa Janjang Kecamatan Jiken Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah. Tidak sampai 1 jam perjalanan dari Cepu lewat Jalan Giyanti. Tidak sampai 1 jam dari Blora lewat Cabak. 1 setengah jam dari Bojonegoro lewat Malo. 2 jam dari Tuban lewat Senori, dan hamper 2 jam dari Ngawi lewat Padangan. Infra struktur menuju Tapaan sudah relatif mulus. Tak terasa nggronjal bila pakai pajero atau motor trail.
Tapaan Janjang dibangun di atas pondasi batuan yang terbentuk dari sedimentasi dasar laut jutaan tahun lampau. Lempengan batu sedimen laut puluhan ton dari sisi selatan Tapaan diangkat melewati tebing setinggi belasan meter ke puncak tebing. Pada puncak tebing sisi barat diletakkan lempeng-lempeng batu sebagai tempat sembahyang berjamaah harian untuk beberapa orang.
Tapaan janjang sebelumnya adalah sebuah musholla kecil dari kayu jati, sederhana namun sangat wangun dan kokoh. Hanya berdinding papan jati setengah badan. Beratap genting tanah merah, beralaskan lempeng batu. Berhalaman sangat luas cukup longgar untuk duduk bersila 800 orang laki-laki. Dapat digunakan sebagai tempat upacara keagamaan maupun latihan pencak silat atau kanuragan.
Didirikan pada masa Pemerintahan Jipang era Pangeran Puger. Pendirinya adalah Eyang Pangeran Jati Kusuma dan Eyang Pangeran Jatiswara. Di tempat inilah kedua eyang mendapatkan pengalaman spiritual luar biasa, hingga akhirnye memilih menetap di Janjang daripada kembali ke Jipang. Padahal jarak udara antara obyek wisata spiritual Tapaan Janjang hingga Jipang Panolan hanya 23 kilometer saja.
Eyang Pangeran Jati Kusuma memelihara macan loreng hitam putih. Sedangkan Eyang Jatiswara memelihara seekor ular sanca kembang hitam putih pula. Bila beruntung, Anda akan mendengar dengkuran macan atau melihat anakan ular sanca yang malu-malu. Juru Kunci resmi obyek wisata spiritual Tapaan Janjang Kabupaten Blora menyatakan bahwa kedua hewan peliharaan ini tidak berbahaya. Bagaimana? Tertarik?
Pada tempat imam Tapaan Janjang Kabupaten Blora terdapat lempeng batu 'dekok' membentuk bekas sujud. Agaknya sebelum mencapai tingkat spiritual tertinggi, kedua Eyang Pangeran ini sering beradu warid. Hingga cara sholatpun dibuat sebagai media adu kesaktian. Ketika Eyang Jati Kusuma mengimami sholat, bersujud hingga membekas di batu imaman. Begitu pula ketika Eyang Jatiswara giliran menjadi imam memberikan bekas sujud yang lebih dalam lagi. Hingga akhirnya keduanya menemukan pencerahan bahwa kesaktian bukanlah pencapaian spiritual tertinggi bagi manusia. Makin menarik ya?
Selain menawarkan kisah spiritual terbaik, obyek Wisata Tapaan Janjang Kabupaten Blora juga menawarkan lukisan pemandangan yang indah. Menawarkan imajinasi tak terbatas tentang strategi militer masa lampau. Dan menyisakan teka-teki tak berkesudahan. Bagaimana cara nenek moyang memindahkan batu-batu puluhan ton dari dasar tebing setinggi belasan meter hingga mencapai puncak tebing tapaan?
Untuk melihat video lengkap silahkan klik WISATA SPIRITUAL KABUPATEN BLORA PUNCAK BUKIT BATU TAPAAN JANJANG

Diceritakan oleh : Heri ireng
Read More

MUSRENBANG KECAMATAN DI KABUPATEN BLORA

MUSRENBANG KECAMATAN DI KABUPATEN BLORA

Musyawarah Perencanaan Pembangunan atau Musrenbang adalah musyawarah rutin tahunan yang membahas perencanaan pembangunan pada suatu wilayah. Musrenbang Kecamatan dapat diartikan sebagai musyawarah rutin tahunan yang membahas perencanaan pembangunan dalam satu wilayah kecamatan. Pola pembangunan yang diterapkan adalah pola bottom up. Tujuan sebenarnya terlebih pada penentuan skala prioritas pendanaan pembangunan dari APBD Kabupaten. Dokumen yang dihasilkan adalah dokumen Rencana Kerja Pembangunan.
Sebelum diadakan Musrenbang tingkat Kecamatan, terlebih dahulu diadakan Musrenbang tingkat paling bawah, yaitu tingkat RT. Usulan masyarakat lapis paling bawah dibawa ke Musrenbang tingkat Desa atau Kelurahan. Semua usulan diinventarisir, ditentukan skala prioritas berdasar kebutuhan mendesak warga masyarakat. Dipilah-pilah dan diperkirakan item mana saja yang dapat dibiayai menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Bila ternyata tak mungkin tercover dari APBDes, maka item pembangunan fisik atau non fisik tadi dicatat dan diputuskan agar didanai lewat APBD Kabupaten, Provinsi, APBN atau sumbangan pihak ke-3. Agar usulan pembangunan dapat dianggarkan lewat APBD atau APBN, maka perlu dibawa dan diperjuangkan lewat Musrenbang tingkat Kecamatan. Bila dinyatakan lolos lewat penyaringan tingkat Kecamatan, baru dibawa ke Musrenbang Tingkat Kabupaten.
Musrenbang Kecamatan, sebagai sampel, di Kecamatan Sambong Kabupaten Blora dimoderatori oleh Camat. Nara sumber utama dari Bappeda. Dihadiri oleh 3 delegasi dari desa dengan memperhatikan keterwakilan perempuan, Anggota Dewan, Kelompok Penambang Sumur Minyak Tua Ledok, PERHUTANI, PERTAMINA, para perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah, Danramil, perwakilan Polsek, Kepala Desa, Pendamping Desa, Pendamping Sosial dan Tokoh Masyarakat. Untuk pengamanan dibackup oleh Satpol PP, Koramil dan Polsek.
Musrenbang Kecamatan dilaksanakan dari pagi hingga petang hari. Hanya untuk menghasilkan selembar Berita Acara. Beberapa lembar notulens. Belasan lembar prioritas kegiatan pembangunan berdasar SKPD atau gabungan SKPD yang nantinya dijadikan sebagai Rencana Kerja Pembangunan Kecamatan. Serta selembar daftar nama delegasi laki-laki dan perempuan untuk mengikuti forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten.

Untuk menyaksikan videonya dapat diakses di VIDEO MUSRENBANG KECAMATAN KABUPATEN BLORA

Diceritakan oleh Heri Ireng
Read More

17 ARTI MAKNA FILOSOFIS LAMBANG KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

17 arti makna filosofis Lambang Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah

Lambang Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah ternyata dapat dibagi menjadi 17 item simbol yang dapat diartikan, dimaknai sesuai dengan penggambarannya. Hemat penulis, 17 item tersebut adalah :

1. PERISAI
Lambang Kabupaten Blora berbentuk Perisai, artinya masyarakat Kabupaten Blora diharapkan mampu turut melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah negara Indonesia serta ikut melestarikan ketertiban dunia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam istilah Jawa disebut dengan "Mamayu Hayuning Bawana"
2. BINTANG SEGI LIMA
Bintang segi lima merupakan lambang spiritualitas manusia Kabupaten Blora yang berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap saat merasa dekat dengan Tuhan. Dan menjalankan peribadatan sesuai dengan agama maupun kepercayaannya masing-masing.
3. PADI DAN KAPAS
17 bulir padi dan 8 buah kapas memiliki makna filosofis tentang semangat kerja keras masyarakat Kabupaten Blora untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat adil dan makmur berlandaskan Pancasila persis seperti semangat para pendahulu bangsa ketika memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
4. MENARA MINYAK
Tripod atau menara minyak berwarna putih menggambarkan kekayaan alam atau natural resources di Kabupaten Blora berupa minyak dan gas bumi. Warna putih bermakna filosofis bahwa masyarakat Blora selalu berusaha bersikap bijak dalam kegiatan ekplorasi maupun eksploitasi sumber energi tak terbarukan di Kabupaten Blora tercinta ini.
5. TOMBAK TRISULA
Tombak trisula bergagang merah melambangkan ketegasan sikap masyarakat Kabupaten Blora. Bilah trisula berwarna putih menghadap ke bawah melambangkan ketajaman fikir masyarakat Kabupaten Blora dalam menganalisa segala sesuatu. Asalkan tidak mengancam kesatuan NKRI, stabilitas Pemerintah RI, dan keamanan Rakyat Indonesia maka segala sesuatu itu masih dapat dinegosiasikan.
6. DUA PEGUNUNGAN
Dua pegunungan berwarna kuning melambangkan lokasi Kabupaten Blora terletak diantara dua pegunungan kapur, yaitu Pegunungan Kendeng Utara dan Pegunungan Kendeng Selatan. Berwacana bahwa masyarakat Kabupaten Blora akan terhindar dari bencana alam entah itu kekeringan total, angin topan, bahkan dampak aktivitas vulkanik maupun tektonik asalkan masyarakatnya tetap turut menjaga kelestarian kedua pegunungan ini.
7. ENAM POHON
Enam batang pohon subur menghijau menunjukkan bahwa sepanjang tahun di Kabupaten Blora selalu menjaga keberadaan 6 kelompok tanaman unggulan yang berbeda. Dari 6 kelompok tadi mempunyai 6 kelas berbeda, begitu seterusnya, bila dimungkinkan dari ordo, famili, genus dan akhirnya menjadi 6 spesies yang berbeda pula. Tinggi pohon yang tidak sama menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Blora diharapkan menjaga kelestarian tanaman di sekitarnya.
8. EMPAT ALIRAN AIR
Empat aliran air melambangkan sejatinya ketercukupan air bagi masyarakat Kabupaten Blora telah tersedia sejak dahulu kala. Sumber mata air besar tersedia di 4 penjuru Kabupaten Blora. Di wilayah timur terdapat bengawan Solo dan anak-anak sungainya, begitu pula di wilayah Selatan. Di wilayah barat terdapat sumber air dari pegunungan Todanan, dan di sebelah utara sangat tercukupi dari sumber mata air Pegunungan Kapur Utara. Hanya memang perlu campur tangan manusia dalam pembagiannya, baik untuk produksi maupun konsumsi.
9. RUANG HITAM DI BAWAH PERMUKAAN AIR
Bila permukaan tanah Kabupaten Blora digambarkan sebagai 'batok bolu', maka warna hitam di bawah permukaan air digambarkan sebagai 'isi madu' yang sangat pekar. Sangat manis bila dicicipi, namun akan membuat mabuk dan muntah bila terlalu banyak dinikmati. Begitu pula dengan sifat minyak bumi. Warna hitam tersebut melambangkan kekayaan sumber minyak dan gas bumi serta mineral lainnya. Namun harus bijaksana dalam pengelolaannya.
10. BIRU LANGIT
Langit membiru di bagian atas melambangkan ketercukupan oksigen di wilayah Kabupaten Blora. Dalam skala global, oksigen serta lapisan ozon sangat penting bagi keberlanjutan hidup hewan dan manusia. Lubang pada lapisan ozon dan tipisnya oksigen akan berakibat fatal, memungkinkan jadi penyebab runtuhnya beberapa negara. Dan ini tak akan terjadi untuk Kabupaten Blora asalkan masyarakat Kabupaten Blora tetap menjaga kelestarian alamnya.
11. KALA MAKARA
Kala Makara melambangkan bahwa biar bagaimanapun masyarakat Kabupaten Blora tetap menjaga dan akan tampil sebagai penjaga keluhuran tradisi nusantara, meskipun sangat sering kedatangan orang manca setiap tahunnya. Orang manca yang datang dari seluruh penjuru dunia untuk belajar atau sekedar baerkunjung saja.
12. LINGKARAN EMAS
Lingkaran berwarna kuning emas yang membingkai Kala Makara melambangkan keluwesan masyarakat Kabupaten Blora. Diharapkan setiap orang Kabupaten Blora mampu menghormati orang manca yang berkunjung ke Blora, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat saat berada di luar wilayah Kabupaten Blora.
13. BINGKAI MOTIF WURAWARI
Bingkai motif bunga sepatu atau bunga Wurawari sebagai pengingat bahwa di wilayah Kabupaten Blora pernah terdapat peradaban besar yang dipimpin oleh seorang Aji bernama Wurawari. Entah baik atau buruk nenek moyang kita, kita tetap harus menghormatinya, menceritakan segala kebaikannya, dan meminimalisir cerita tentang keburukan yang mungkin pernah dilakukannya. Tiada manusia yang sempurna. Masyarakat Kabupaten Blora tetap akan 'mikul dhuwur mendhem jero' terhadap para leluhurnya.
14. NAMA 'BLORA'
Nama Blora yang tertulis pada lambang Kabupaten Blora adalah sebagai penegas bahwa lambang ini adalah milik masyarakat Kabupaten Blora. Diharapkan orang Kabupaten Blora merasa bangga terhadap Kabupatennya sendiri. Bila ternyata belum ada yang membuat bangga, maka harus berbuat sesuatu yang akhirnya dapat membuat orang Kabupaten Blora bangga terhadap kabupatennya sendiri. Pemilihan huruf berwarna hitam, karena hitam adalah lambang kecerdasan dan kebijaksanaan.
15. BINGKAI KUNING NAMA BLORA
Bingkai kuning pada nama 'BLORA' melambangkan konsistensi masyarakat Kabupaten Blora dalam menjaga kemuliaan perilakunya dan tegas dalam melaksanakan setiap kebijakan maupun kesepakatan yang telah menjadi keputusan atau mufakat bersama.
16. SELENDANG MERAH
Selendang merah melambangkan bahwa masyarakat Kabupaten Blora telah diakui dunia sebagai manusia yang beradab, berkeseninan dan berbudaya. Masyarakat Kabupaten Blora telah ada sejak jaman Paleolitikum, semakin berbudaya sejak jaman Neolitikum yang menghasilkan peradaban megalitikum, hingga sekarang ini. Dan masyarakat kabupaten Blora tetap akan beradab, berkesenian dan berbudaya hingga akhir nanti.
17. SESANTI
Sesanti "Cacana Jaya Kerta Bhumi" merupakan kalimat sandi atas tahun yang diyakini sebagai tahun berdirinya Kabupaten Blora, yaitu pada tahun 1749. Sesanti ini dapat pula diartikan sebagai semboyan atau doa agar Kabupaten Blora menjadi 'Tempat yang Makmur, penuh Kejayaan serta Kedamaian' sepanjang masa. Klik Video 17 Arti Filosofi Lambang Kabupaten Blora untuk melihat gambaran detailnya.

Dikarang oleh : Heri ireng
Read More

PETA KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH DAN FAKTA PERBATASANNYA

Peta Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah dan Fakta Perbatasannya

Peta Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah beserta perbatasannya. Faktanya, pada tiap perbatasan baik timur, selatan, barat dan utara Kabupaten Blora dibatasi oleh daerah aliran air.
Perbatasan Timur terletak di Kecamatan Cepu, berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur, dibatasi oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo. Pada sisi Selatan terletak di Kecamatan Kradenan, berbatasan dengan Kabupaten Ngawi Jawa Timur, dibatasi oleh DAS Bengawan Solo. Begitu pula pada sisi barat dan utara. Hanya perbatasan di sisi Barat dan Utara tidak begitu kentara bila dilihat menggunakan peta citra udara. Untuk melihat videonya dapat silahkan klik Video Peta Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah dan Fakta Perbatasannya
Read More